Jawa Pos: KM di CC ITS Surabaya
Minggu, 26 Feb 2006
Kental Nilai-Nilai Kemanusiaan
Ulasan Novel Karl May
SURABAYA - Nama Karl May mungkin tak setenar penulis Eropa lain yang karyanya difilmkan. Namun, perlu dicatat bahwa penulis besar asal Jerman ini pernah "bergaung" di Indonesia jauh di era 70-an. Penulis yang hidup pada abad ke-19 ini dicintai karena novel-novelnya detail bertutur tentang pengembaraan melintasi alam-alam eksotis Amerika, Balkan, dan Asia.
Kemarin siang, pencinta penulis kelahiran 1863 itu mengulas makna petualangan tokoh-tokoh dalam novel Kara Ben Nemsi di Cultural Center (CC) ITS. Bekerja sama dengan Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI) dan Goethe Institut, CC menghadirkan Pandu Ganesa dan Tom Kamm.
Ulasan pembuka karya-karya May disampaikan Dr Sjarief Widjaja Phd, pembantu rektor II ITS, yang juga penggemar berat May. Dia menceritakan bagaimana dulu, sebagai seorang anak, begitu terkesima oleh cerita-cerita May. "Novel-novel May sangat kental dengan nilai-nilai kemanusiaan, persahabatan, keberanian, dan keluhuran budi," tutur pria yang mengoleksi karya-karya May ini mantap.
Selain Kara Ben Nemsi, yang mengambil setting negeri-negeri Islam seperti Maroko dan Tunisia, tilik saja Winnetou. Buku itu mengisahkan seorang Indian Apache yang bersahabat dengan seorang kulit putih bernama Old Shaterhand. Perjumpaan agama, ras, dan budaya yang damai selalu ingin digambarkan May dalam tulisan-tulisannya.
Lalu, kenapa tulisan yang begitu bernilai sempat terputus produksi cetaknya? "Percetakan terdahulu terganjal masalah, kolaps (jatuh, Red). Sekarang kami mencoba mencetak lagi. Terjemahan pun langsung dari edisi aslinya," jelas Pandu Ganesa dari PKMI. Bahkan, Pandu yang menjabat sebagai direktur penerbit Pustaka Primatama ersebut berencana menerbitkan ke-80 karya May dalam bahasa Indonesia.
Selain penggemar dari Indonesia, Tom Kamm, warga negara Jerman yang mengajar bahasa Jerman di Unesa, turut hadir. Seperti tak mau kalah, pembaca May sejak umur 5 tahun ini sempat membacakan cuplikan novel May dalam bahasa Jerman. Dia begitu senang melihat antusiasme pembaca May di Indonesia.
Tahun lalu, dia terkejut mengetahui banyak orang Indonesia yang membaca karya-karya May. "Saya tambah surprise waktu melihat buku May dipajang di toko buku," tutur Kamm. Dia yakin, pembaca Indonesia dapat menikmati cerita-cerita May. Yang paling penting, pembaca bisa mengambil pesan yang terkandung di dalamnya. (ara)
Website PKMI: http://indokarlmay.com
Website Penerbit: http://www.puspri.com
Kental Nilai-Nilai Kemanusiaan
Ulasan Novel Karl May
SURABAYA - Nama Karl May mungkin tak setenar penulis Eropa lain yang karyanya difilmkan. Namun, perlu dicatat bahwa penulis besar asal Jerman ini pernah "bergaung" di Indonesia jauh di era 70-an. Penulis yang hidup pada abad ke-19 ini dicintai karena novel-novelnya detail bertutur tentang pengembaraan melintasi alam-alam eksotis Amerika, Balkan, dan Asia.
Kemarin siang, pencinta penulis kelahiran 1863 itu mengulas makna petualangan tokoh-tokoh dalam novel Kara Ben Nemsi di Cultural Center (CC) ITS. Bekerja sama dengan Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI) dan Goethe Institut, CC menghadirkan Pandu Ganesa dan Tom Kamm.
Ulasan pembuka karya-karya May disampaikan Dr Sjarief Widjaja Phd, pembantu rektor II ITS, yang juga penggemar berat May. Dia menceritakan bagaimana dulu, sebagai seorang anak, begitu terkesima oleh cerita-cerita May. "Novel-novel May sangat kental dengan nilai-nilai kemanusiaan, persahabatan, keberanian, dan keluhuran budi," tutur pria yang mengoleksi karya-karya May ini mantap.
Selain Kara Ben Nemsi, yang mengambil setting negeri-negeri Islam seperti Maroko dan Tunisia, tilik saja Winnetou. Buku itu mengisahkan seorang Indian Apache yang bersahabat dengan seorang kulit putih bernama Old Shaterhand. Perjumpaan agama, ras, dan budaya yang damai selalu ingin digambarkan May dalam tulisan-tulisannya.
Lalu, kenapa tulisan yang begitu bernilai sempat terputus produksi cetaknya? "Percetakan terdahulu terganjal masalah, kolaps (jatuh, Red). Sekarang kami mencoba mencetak lagi. Terjemahan pun langsung dari edisi aslinya," jelas Pandu Ganesa dari PKMI. Bahkan, Pandu yang menjabat sebagai direktur penerbit Pustaka Primatama ersebut berencana menerbitkan ke-80 karya May dalam bahasa Indonesia.
Selain penggemar dari Indonesia, Tom Kamm, warga negara Jerman yang mengajar bahasa Jerman di Unesa, turut hadir. Seperti tak mau kalah, pembaca May sejak umur 5 tahun ini sempat membacakan cuplikan novel May dalam bahasa Jerman. Dia begitu senang melihat antusiasme pembaca May di Indonesia.
Tahun lalu, dia terkejut mengetahui banyak orang Indonesia yang membaca karya-karya May. "Saya tambah surprise waktu melihat buku May dipajang di toko buku," tutur Kamm. Dia yakin, pembaca Indonesia dapat menikmati cerita-cerita May. Yang paling penting, pembaca bisa mengambil pesan yang terkandung di dalamnya. (ara)
Website PKMI: http://indokarlmay.com
Website Penerbit: http://www.puspri.com
0 Comments:
Post a Comment
<< Home